Senin, 30 April 2012

Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan negara lain dalam satu tahun tertentu. Atau neraca pembayaran dapat didefinisikan sebagai suatu ringkasan pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari negara – negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke negara – negara lain dalam satu tahun tertentu. Neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi dua bagian utama, yakni neraca berjalan dan neraca modal.


NERACA BERJALAN
Neraca berjalan mencatat transaksi, seperti :
  1. ekspor dan impor barang tampak
  2. ekspor dan impor jasa (atau barang tak tampak)
  3. pembayaran pindahan neto ke luar negeri
Berikut penjabarannya :
  1. Nilai Ekspor dan Impor Barang Tampak
Barang tampak adalah barang yang dapat diraba oleh pancaindra atau benda yang dapat dilihat, diraba, ataupun dirasakan, keberadaannya. Jadi yang dimaksudkan ekpor dan impor barang tampak adalah suatu kegitan dimana suatu negara menjual atau mengekspor dan menerima (impor) barang yang nyata baik bentuk, rasa, ataupun dapat terlihat oleh pancaindra. Adapun transaksi ini meliputi hasil – hasil pertanian/ sektor real, barang – barang produksi industri, ataupun barang – barang sektor tambang, maupun barang lainnya yang bentuknya dapat dilihat, diraba, maupun dirasakan, tampak. Kemudian neraca (perbedaan antara ekspor dan impor dari perdagangan tamapk yaitu perdagangan dalam barang – barang tampak, dinamakan neraca perdagangan. Apabila nilai neraca positif, artinya ekpor atau penerimaan negara melebihi dari pada impor(pembayaran negara), begitu juga sebaliknya.

  1. Nilai Eksor dan Impor Barang Tak Tampak
Ekspor dan impor barang tak tampak adalah kebalikan daripada barang tampak. Artinya ekspor dan impor barang tak tampak adalah suatu kegiatan ekonomi terbuka, dimana objeknya itu merupakan barang – barang yang tidak berwujud, tetapi dapat dirasakan. Adapun transaksi yang termasuk ke dalam neraca ekpor dan impor barang tak tampak yaitu pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari barang – barang tempak yang di ekpor atau di impor, perbelanjaan para pelancong, dan pendapatan berinvestasi (bunga, keuntungan, maupun deviden). Kemudian neraca perdangangan tak tampak yaitu, nilai bersih dari ekspor dan impor jasa – jasa, dinamakan neraca jasa. Neraca jasa suatu negara yang positif berarti negara tersebut lebih banyak menjual jasa keluar negeri dari membelinya dari negara – negara lain. Dan apabila negatif seperti neraca perdagangan, yakni disebabkan karena lebih banyak membeli dari pada menjual ke negara lain.

  1. Pembayaran Pindahan
Yang dimaksudkan pembayaran pindahan ini adalah aliran uang yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta dimana penerimanya tidak perlu menukarkan dengan barang dan jasa, contohnya seperti bantuan korban gempa di jepang, dari indonesia. Mengirimkan uang untuk membiayai perbelanjaan anak – anak bersekolah di luar  negara adalah contoh lain.
NERACA MODAL
Neraca modal meliputi dua golongan transaksi, yaitu aliran modal jangka panjang dan aliran modal keuangan swasta.
  1. Aliran Modal Jangka Panjang
Aliran modal jangka panjang meliputi dua jenis aliran, yakni aliran modal resmi dan investasi langsung dari pihak swasta ke negara – negara lain. Aliran modal resmi adalah pinjaman dan pembayaran di antara badan – badan pemerintah dari suatu negara ke negara – negara lain. Sedangkan aliran investasi langsung oleh pihak swasta adalah penanaman modal langsung, yaitu investasi berupa mendirikan perusahaaan, terutama perindustrian. Kemudian modal yang dibelanjakan diperoleh dari negara asal perusahaan tersbut. Selanjutnya dalam aliran modal jangka panjang, perbedaan di antara modal jangka panajng yang diterima dari luar negeri dengan modal yang dibayarkan ke dalam negeri dinamakan neraca modal jangka panjang. Neraca modal jangka panjang bernilai positif apabila lebih banyak modal yang diterima ke dalam negeri daripada yang dibayarkan. Dengan positifnya neraca modal jangka panjang, aliran seperti ini dapat membantu memperkukuh neraca pembayaran karena pertumbuhan ekonomi menjadi meningkat saat banyak modal yang masuk ke suatu perekonomian. Disamping itu, dapat meningkatkan perbelanjaan pembangunan pemerintah dan investasi sektor swasta.

  1. Aliran Modal Swasta dan Kesilapan-Ketinggalan
Dua akun penting lain dalam neraca pembayaran meliputi akun modal swastadan kesilapan atau ketinggalan. Modal swasta adalah aliran –aliran modal dalam dalam bentuk tabungan atau investasi keuangan yang cepat ditukarkan kembali kepada valuta asal atau valuta lainnya. Aliran ini disebut sebagai hot money dikarenakan mengalir dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Kemudian yang dimaksudkan dengan akun kesilapan-ketinggalan merupakan akun yang menaksir besarnya aliran uang yang tidak dapat dicatat. Dalam setiap neraca harus ada akun kesilapan-ketinggalan karena mungkin saja keliru dalam mengakui pembayaran ataupun penerimaan dalam transaksi ekonomi terbuka. Misalnya anggaran telah disiapkan sebesar Rp 100.000 kemudian setelah bertansaksi sisa anggaran sebesar Rp 20.000, artinya uang yang dibenajakan sebesar Rp 80.000, tetapi fraktur yang didapat hanya berjumlah Rp 75.000, maka dari itu, untuk mencatat jumlah sebesar Rp 5.000 akan dimasukkan ke akun kesilapan-ketinggalan.

NERACA KESELURUHAN
Selain dari neraca berjalan dan modal, masih ada satu lagi neraca dalam neraca pembayaran, yakni neraca keseluruhan. Neraca keseluruhan adalah aliran pembayaran dan investasi yang masuk ke dalam suatu negara dalam suatu waktu tertentu dan aliran pembayaran dan investasi yang keluar ke negara – negara lain. Neraca keseluruhan bernilai positif apabila aliran pembayaran dan investasi ke dalam negeri itu lebih besar dibandingkan aliran pembayaran dan investasi ke luar negeri.
Apabila neraca keseluruhan bernilai positif maka bank sentral mendapat pertambahan cadangan valuta asing karena negara lain membayar dan melakukan investasi ke dalam sutu perekonomian tersbut, begitupun sebaliknya. Dengan banyaknya cadangan valuta asing, ini menggambarkan bahwa perekonomian di suatu ngara tersebut mengalami surplus dalam pertumbuhannya.


NERACA PEMBAYARAN INDONESIA-IRAN




Total perdagangan Indonesia-Iran pada tahun 2008 sebesar US$ 975,31 juta atau me-ningkat 76,34% bila dibanding-kan dengan tahun 2007 se-besar US$ 553,09 juta. Pada tahun 2009 antara bulan Januari-November jumlah total perdagangan antara Indonesia-Iran sebesar US$ 770,39 juta atau turun 16,64% dibanding-kan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 924,16 juta.
Total ekspor Indonesia ke Iran pada tahun 2008 sebesar US$ 697,37 juta atau dengan kata lain meningkat 47,45% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 472,94 miliar. Pada tahun 2009 antara BULETIN KPI EDISI-02/KPI/2010 12
Januari-November total ekspor Indonesia ke Iran sebesar US$ 438,14 juta atau turun 32,79% bila dibandingkan dengan pe-riode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 651,86 juta. Total impor Indonesia dari Iran pada tahun 2008 sebesar US$ 277,94 juta atau meningkat 246,78% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 80,15 juta. Pada tahun 2009 (Januari-November) total impor Indonesia dari Iran sebesar US$ 332,25 juta atau naik 22,01% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 272,30 juta. Neraca perdagangan antara Indonesia-Iran di tahun 2008 memberikan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 419,42 juta atau meningkat 6,78% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 392,79 juta. Pada tahun 2009 (Januari-November) neraca perdagang-an Indonesia-Iran memberikan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 105,89 juta atau mengalami penurunan 72,10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 379,55 juta.

Sumber: BI

TUGAS 3

Sabtu, 31 Maret 2012

KASUS LC FIKTIF (contoh kasus bank bni)

Contoh kasus LC fiktif
Awal terbongkarnya kasus menghebohkan ini tatkala BNI melakukan audit internal pada bulan Agustus 2003. Dari audit itu diketahui bahwa ada posisi euro yang gila-gilaa besarnya, senilai 52 juta euro. Pergerakan posisi euro dalam jumlah besar mencurigakan karena peredaran euro di Indonesia terbatas dan kinerja euro yang sedang baik pada saat itu. Dari audit akhirnya diketahui ada pembukaan L/C yang amat besar dan negara bakal rugi lebih satu triliun rupiah.

Penjelasan mengenai L/C fiktif BNI tersebut adalah sebagai berikut :
  • Waktu kejadian : Juli 2002 s/d Agustus 2003
  • Opening Bank : Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp, dan Middle East Bank Kenya Ltd
  • Total Nilai L/C : USD.166,79 juta & EUR 56,77 juta atau sekitar Rp. 1,7 trilyun
  • Beneficiary/Penerima L/C : 11 perusahaan dibawah Gramarindo Group dan
    2 perusahaan dibawah Petindo Group.
  • Barang Ekspor : Pasir Kuarsa dan Minyak Residu.
  • Tujuan Ekspor : Congo dan Kenya
  • Skim : Usance L/C

Kronologi :
1.      Bank BNI Cabang Kebayoran Baru menerima 156 buah L/C dengan Issuing Bank : Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp, dan Middle East Bank Kenya Ltd. Oleh karena BNI belum mempunyai hubungan koresponden langsung dengan sebagian bank tersebut di atas, mereka memakai bank mediator yaitu American Express Bank dan Standard Chartered Bank.
2.      Beneficiary mengajukan permohonan diskonto wesel ekspor berjangka (kredit ekspor) atas L/C-L/C tersebut di atas kepada BNI dan disetujui oleh pihak BNI. Gramarindo Group menerima Rp 1,6 trilyun dan Petindo Group menerima Rp 105 milyar.
3.      Setelah beberapa tagihan tersebut jatuh tempo, Opening Bank tidak bisa membayar kepada BNI dan nasabahpun tidak bisa mengembalikan hasil ekspor yang sudah dicairkan sebelumnya.
4.      Setelah diusut pihak kepolisian, ternyata kegiatan ekspor tersebut tidak pernah terjadi.
5.      Gramarindo Group telah mengembalikan sebesar Rp 542 milyar, sisanya (Rp 1.2 trilyun) merupakan potensi kerugian BNI. Dalam menanggapi kasus ini manajemen Bank BNI mengatakan bahwa tidak ada ekspor fiktif dan belum ada kerugian, tetapi yang ada hanya potensi kerugian (potential losses). Pertanyaannya adalah apakah mungkin kerugian sebesar itu terjadi tanpa ekspor fiktif ? Minimnya informasi mengenai sistem pembayaran perdagangan internasional melalui letter of credit (L/C) menimbulkan semakin banyaknya pertanyaan mengenai kasus pembobolan Bank BNI.

Solusi

Pada dunia perbankan hal yang terutama mendasari atau yang menjadi pilar usaha perbankan adalah kepercayaan dan pelayanan. Banyak hal dalam praktek yang berdasarkan kepercayaan tersebut bank bisa memberikan pelayanan kepada nasabahnya meskipun ada berbagai persyaratan yang maish belum dipenuhi oleh nasabah penerima pelayanan tersebut. Praktek seperti ini, sekali lagi, timbul karena kepercayaan. Sehingga bank sedikit ”melonggarkan” prinsip 5C mereka.

Apa yang seharusnya dilakukan kantor cabang bank penerima L/C (dalam hal ini BNI Kebayoran Baru) ketika menerima dan menegosiasi L/C tersebut? Bank BNI memiliki buku pedoman perusahaan (BPP) yang merupakan buku pegangan kerja bagi setiap petugas, termasuk sistem pengamanan L/C.

Sebelum L/C tersebut diteruskan kepada eksportir, pertama-tama yang harus dilakukan Bank BNI Kebayoran Baru adalah membuat/mengisi work sheet. Work sheet tersebut merupakan lembaran catatan bank yang akan selalu diisi dan menjadi pedoman petugas-petugas bank dalam menangani L/C tersebut, yaitu mulai dari saat L/C itu diterima sampai saat L/C itu dinegosiasikan dan dibayar.


Dengan kata lain, work sheet itu harus selalu berada di dalam pending file. Dalam work sheet itu harus dicatat hal-hal yang menyangkut rincian L/C.

Antara lain siapa bank pembuka (issuing atau opening bank), nomor dan tanggal L/C, siapa eksportirnya, untuk komoditas apa (barang yang diekspor), berapa jumlah satuan atau beratnya, berapa nilainya dan dalam mata uang apa, batas waktu L/C (expiry date), dan batas waktu tanggal bill of lading (dokumen pengangkutan kapal).
Selain itu, dicatat pula apa syarat-syarat L/C, antara lain apakah L/C itu merupakan usance L/C (artinya, wesel ekspor yang harus dibuat eksportir adalah wesel ekspor berjangka yang harus dibayar importir dalam jangka waktu tertentu, misalnya 90 hari setelah wesel itu diterima importir).

Atau L/C tersebut merupakan sight L/C (artinya, wesel ekspor yang harus dibuat oleh eksportir adalah wesel ekspor yang harus segera dibayar seketika wesel itu diterima importir).

Atau mungkin juga itu merupakan standby L/C (SBLC), yakni L/C yang berfungsi sebagai jaminan untuk pembiayaan yang diberikan bank pembuka L/C kepada beneficiary L/C. Dalam kasus Bank BNI, L/C tersebut merupakan usance L/C dan SBLC.

Dicatat pula dalam work sheet tersebut adalah dokumen-dokumen apa saja selain wesel ekspor yang harus diserahkan oleh eksportir kepada negotiating bank atau paying bank (bank pembayar, dalam hal ini Bank BNI Kebayoran Baru).

Dalam work sheet, bank penerima L/C harus mencatat keganjilan-keganjilan (unusualities) dilihat dari ketentuan intern bank penerima (dalam hal ini Bank BNI), kebiasaan-kebiasaan yang berlaku bagi transaksi bisnis yang terkait dengan transaksi L/C tersebut, dari ketentuan Bank Indonesia, dari UCP 500 (ketentuan internasional yang mengatur tentang L/C), dari peraturan perundang-undangan Indonesia.

Pada waktu bank penerima melakukan negosiasi (mengambil alih) wesel ekspor dan dokumen-dokumen ekspor lainnya, petugas bank harus memeriksa apakah dokumen-dokumen yang diserahkan eksportir terdapat kesesuaian (comply with) dengan syarat-syarat L/C.

Bila tidak terdapat kesesuaian (terjadi discrepancies), dalam work sheet harus dicatat pula. Selain itu, dalam work sheet dicatat pula apa yang telah dilakukan bank penerima berkaitan dengan adanya discrepancies tersebut.

Pertanyaan sehubungan dengan kasus ini adalah apakah Bank BNI Kebayoran Baru telah mengisi work sheet tersebut? Menurut informasi, Bank BNI Kebayoran Baru ternyata tidak membuat work sheet, sedangkan work sheet merupakan salah satu sarana pengamanan bagi para petugas dan pejabat bank yang terkait dan bertanggung jawab dengan L/C tersebut.

Nama : Akbar Windrayang Hikmah
Kelas : 4EB13
NPM : 20208076
Tugas 2

Jumat, 16 Maret 2012

Transaksi Internasional (Penghitungan Valas)

Nama : Akbar Windrayang Hikmah
NPM : 20208076
Kelas : 4EB13
Mata Kulia : Transaksi Internasional (Tugas 1)

KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA
 16 March 2012
Kode Singkatan



1.      Nona Sasya mendapat kiriman uang dari pamannya yang bekerja di Amerika Serikat sebesar US$1.000 dan Kirimankakanya yang bekerja di Jepang sebesar ¥5.000. Kurs jual US$1= Rp7.200,00 dan ¥1 = Rp240,00; sedangkan kurs beli US$1 = Rp7.000,00 dan ¥1 = Rp250,00. Berapa rupiah uang yang akan di terima Nona Sasya?
Dik :
Dari pamannya di Amerika Serikat : US$1.000
Kiriman kakaknya di Jepang : ¥5.000
  • Kurs jual          US$1 = Rp7.200,00
¥1 = Rp240,00
  • Kurs beli          US$1 = Rp7.000,00
¥1 = Rp250,00
Dit :
Berapa uang rupiah yang diterima sasya?
Jawab :
  • Memakai kurs beli uang yang diterima dari pamamanya
US$1,000 x Rp7,000.00 = Rp7,000,000.00

  • Yang diterima dari kakaknya
¥5,000 x Rp250.00 = Rp1,250,000.00

Rp 7.000.000,00 + Rp 1.250.000,00 = Rp8.250.000,00
Jadi, uang yang diperoleh Nona Sasya seluruhnya adalah  Rp8.250.000,00


2.      Tuan rudolfo memiliki uang rupiah sebesar Rp 10.080.0000,00 ia ingin menukarnya dengan lima mata uang yang saudara pilih, berapa yang akan ia peroleh?
Dik :
lima mata uang asing yang saya pilih pada tanggal 16 maret 2012
Kurs Jual:
  • Canada             =          9302.14
  • Brunei Darussalam =     7318.89
  • Malaysia           =          3024.26
  • Thailand           =          300.55
  • Philipina            =          215.26
 Kurs Beli:
  • Canada            =          9201.93
  • Brunei Darussalam =     7240.15
  • Malaysia           =          2992.14
  • Thailand           =          297.17
  • Philipina            =          212.97
Dit :
Berapa yang diperoleh Tuan Rudolfo jika menukarkan ke lima mata uang asing tersebut?
Jawab :
Tuan Rudolfo : Rp. 10,080,000.00
masing-masing mata uang negara menggunakan kurs jual:
  • Jika menukarkan dengan mata uang Canada
10,080,000.00 / 9,302.14 = 1,083.62
  • Jika menukarkan dengan mata uang Brunei
10,080,000.00 / 7318.89 =  1,377.26
  • Jika menukarkan dengan mata uang Malaysia
10,080,000.00 / 3024.26 = 3,333.05
  • Jika menukarkan dengan mata uang Thailand
10,080,000.00 / 300.55 = 33,538.51
  • Jika menukarkan dengan mata uang Philipina
10,080,000.00 / 215.26 = 46,827.09


3.      Tn. Michael akan pergi ke lima negara (yang disesuaikan dengan pemilihan mata uang asing yang dipilih). Ia mempunyai uang sebesar Rp 200.000.000,00 lalu ia menukar uangnya ke bursa valas. Berapa yang diterima Tn. Michael?
Dik :
Tn. Michael Rp 200,000,000.00
Dan lima mata uang asing yang saya pilih pada tanggal 16 maret 2012
Dit:
Berapa yang diperoleh Tuan Michael jika menukarkan ke lima mata uang asing tersebut?
Jawab:
masing-masing mata uang negara menggunakan kurs jual:
  • Jika menukarkan dengan mata uang Canada
200,000,000.00 / 9302.14 = 21,500.43
  • Jika menukarkan dengan mata uang Brunei
200,000,000.00 / 7318.89 = 27,326.55
  • Jika menukarkan dengan mata uang Malaysia
200,000,000.00 / 3024.26 = 66,131.88
  • Jika menukarkan dengan mata uang Thailand
200,000,000.00 / 300.55 = 665,446.7
  • Jika menukarkan dengan mata uang Philipina
200,000,000.00 / 215.26 = 929,109

4.      Sepulang dari ke lima Negara tersebut Tn. Mihael masih mempunyai sisa uang sebanyak 1000 untuk masing-masing mata uang. Ia datang ke bursa valas untuk menukarkan uang dollar dengan uang rupiah. Saat itu kurs yang berlaku tergantung pemilihan mata uang masing-masing kurs jual dan kurs beli?
Dik :
Kurs mata uang asing terhadap mata uang Indonesia tanggal 16 Maret 2012
Kurs Jual:
  • Canada            =          9302.14
  • Brunei Darussalam        7318.89
  • Malaysia           =          3024.26
  • Thailand           =          300.55
  • Philipina            =          215.26
Kurs Beli:
  • Canada                        =          9201.93
  • Brunei Darussalam        7240.15
  • Malaysia           =          2992.14
  • Thailand           =          297.17
  • Philipina            =          212.97
Dit:
Berapa sisa uang Tn. Michael sepulang dari lima Negara tersebut ?
Jawab :
Tuan Michael mempunyai siasa mata uang Negara masing-masing menggunakan kurs beli
  • Jika menukarkan mata uang Canada
1000 X 9201.93 = 9,201,930
  • Jika menukarkan mata uang Brunei
1000 X 7420.15 = 7,420,150
  • Jika menukarkan mata uang Malaysia
1000 X 2992.14 = 2,992,140
  • Jika menukarkan mata uang Thailand
1000 X 297.17 = 297,170
  • Jika menukarkan mata uang Philipina
1000 X 212.97 =  212,970

Kamis, 15 Maret 2012

LETTER OF CREDIT

Nama : Akbar Windrayang Hikmah
Kelas : 4EB13
NPM : 20208076
Mata Kulia : Akuntansi Internasional (Tulisan 1)



Letter of Credit  secara sederhana merupakan Pengambilalihan tanggung jawab pembayaran oleh pihak lain (dalam hal ini diambil alih oleh Bank) atas dasar permintaan pihak yang dijamin (Applicant/Pembeli/Nasabah Bank) untuk melakukan pembayaran kepada pihak penerima jaminan (Beneficiary/Penjual) berdasarkan syarat dan kondisi yang ditentukan dan disepakati.

Secara garis besar L/C dapat dkelompokkan menjadi:
1.      Basic L/C
·        Revocable L/C
Adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sepihak oleh pembeli/importir atau issuing bank tanpa persetujuan atau pemberitahuan kepada penjual/eksportir. L/C ini banyak digunakan dengan anak/cabang perusahaannya atau antara perusahaan yang sudah saling mempercayai. Tetapi , sebenarnya bentuk Revocable ini kurang tepat apabila  disebut  L/C  karena  tidak  mengandung  jaminan  bahwa  wesel-weselnya  akan dibayar ketika diajukan, mengingat pembatalan mungkin telah terjadi tanpa pemberitahuan kepada beneficiary.

  • Irrevocable L/C
Adalah suatu L/C yang tidak  dapat  diubah  atau  dibatalkan  tanpa  persetujuan semua  pihak  baik  pembeli,  penjual,  maupun  pihak  bank  yang  bersangkutan. Selama jangka waktu berlakunya yang ditentukan dalam L/C, issuing bank tetap menjamin untuk membayar, mengaksep, atau menegosiasi wesel-wesel yang akan ditarik atas L/C tersebut asalkan syarat-syarat dan kondisi yang ditetapkan didalamnya terpenuhi.

  • Confirming Irrevocable L/C
Adalah L/C yang tidak dapat dibatalkan sepihak dan dijamin sepenuhnya oleh confirming bank. Sebagaimana diketahui sifat khusus suatu L/C adalah credit standing bank itu ditambahkan pada kredit standing pembeli dalam L/C yang bersangkutan. Namun demikian dapat terjadi  kredit  standing  daripada issuing bank tidak memuaskan bagi pihak penjual, misalnya issu bank hanya suatu  bank  local  tanpa  mempunyai  reputasi internasional sehingga  pihak penjual memandang perlu untuk meminta jaminan kepada advising bank. Dalam hal ini penjual akan mengajukan permohonan agar dibuka suatu confirmed L/C.

2.      Spesial L/C
·        Red-Clause L/C
L/C ini memiliki kalususl dengan tinta merah yang menyatakan bahwa advising / confirming bank dapat melakukan pembayaran di muka kepada eksportir / penjual /beneficiary sebelum penyerahan dokumen pengiriman barangdilakukan. L/C semacam ini sering digunakan untuk menyediakan dana/kredit bagi eksportir sebelum barang dikapalkan.

  • Green-Ink L/C
  • L/C ini hampir sama dengan red-clause L/C yang memberikan pembayaran dimuka dengan syarat eksportir harus menyerahkan kepada  advising/negotiating   bank  yang  ditunjuk  suatu  bukti  atau  tanda  terima  penyimpanan barang dari  warehouse sampai beneficiary siap untuk mengapalkan barang tersebut.

  • Revolving L/C
Pada L/C jenis ini, nilainya dapat diperbaharui sesuai dengan nilai yang tercantum didalamnya berdasarkan  syarat-syarat  yang  ditetapkan  misalnya  tentang  nilai maksimum , kumulatif atau non-kumulatif dan sebagainya.

  • Transferable L/C
Pada L/C ini, beneficiary dapat dipindah tangankan berdasarkan instruksi khusus dari applicant atau importir/pembeli dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C tersebut.

  • Back to back L/C
Jenis  L/C ini merupakan L/C yang  diterbitkan  oleh  issuing  bank di tempat eksportir atas permintaan eksportir yang ditujukan kepada supplier. Back to back L/C induk  yang  dikeluarkan  oleh  issuing  bank  di  Negara  importir/pembeli.  Back to back ini biasanya identik dengan L/C induk, kecuai mengenai harga, tanggal pengapalan dan tanggal berlakunya. Back to back L/C biasa digunakan dalam hal berikut: (1) eksportir bukan supplier barang yang diekspor (2) eksportir tidak mempunyai dana untuk membayar supplier (3) eksportir ingin menjaga agar  importir dan supplier tidak saling kenal (4) eksportir ingin merahasiakan harga barang.


Karakteristik sebuah Letter of Credit
Untuk mengetahui apakah sebuah Letter of Credit baik atau vuruk kondisinya, maka perlu terlebih dahulu mengetahui karakterikstik dari sebuah L/C. Berikut adalah karakterikstik-karakteristik dasar dari sebuah L/C : 
Transferable / Non Transferable
Karakteristik ini adalah menunjukkan, apakah Letter of Credit tersebut boleh dipindah-tangankan atau tidak
  • Transferable, artinya : Bisa dipindah tangankan. Kondisi tranferrable biasanya disertai dengan kondisi lain yaitu adanya “Blank Endorsment”. Artinya : dengan blank endorsement, maka L/c tersebut dapat dipindahtangankan kepada pihak manapun sesuai dengan keinginan beneficiary. Jika dalam keadaan “endorsed” (ter-endor), maka L/C tersebut hanya boleh dicairkan oleh pihak yang mengendors saja.
  • Non Transferable : lawan dari transferable.
    Pada umumnya seller tidak akan menerima non-transferrable L/C.

Revocable/Irrevocable
  • Revocable : artinya “Term and Condition” di dalam L/C yang telah diterbitkan dapat diubah sewaktu-waktu oleh Issuing Bank (atas permintaan Buyer) tanpa meminta persetujuan pihak Issuing Bank maupun Beneficiary (seller). Karakteristik L/C ini adalah tidak baik. Tidak satupun seller yang bersedia menerima L/C jenis revocable.
  • Irrevocable : artinya “Term and Condition” di dalam L/C yang telah diterbitkan hanya boleh diubah atas kesepakatan beneficiary (seller) dengan buyer. Karakteristik ini adalah baik dan diminta oleh seller manapun.

Availability
  • Available at any bank : artinya L/C tersebut boleh dicairkan di bank manapun yang ditunjuk oleh pihak beneficiary. Kondisi ini sangat diharapkan oleh pihak seller, karena dengan kondisi ini Issuing Bank wajib mencari correspondent bank untuk berhubungan dengan Advising Bank yang di tunjuk oleh pihak seller. Dan atas biaya correspondent yang timbul, pihak Issuing Bank wajib menaggungnya dengan mendebit rekening buyer.
  • Available only at Bank A : artinya seller harus menunjuk bank yang memiliki correspondent dengan Bank A untuk melakukan pencairan L/C. Dan Advising Bank wajib menanggung biaya correspondent yang timbul dengan mendebit rekening seller. Karakteristik L/C seperti ini biasanya tidak bisa diterima oleh pihak seller.
Elemen dan Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proses Letter Of Credit
Berikut adalah elemen dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses sebuah Letter of Credit :
Pembeli (Buyer)
Adalah pihak pembeli yang berinisiatif untuk membuka sebuah Letter of Credit untuk transaksi pembelian yang dilakukannya dengan pihak seller.

Draft of Purchase Order
Adalah sebuah dokumen awal atau draft sebagai bukti atas pemesanan suatu barang dan atau jasa. Draft PO biasanya merupakan bukti pemesanan awal yang sudah 99% final hanya saja pembuat draft (buyer) belum sempat untuk mengubahnya ke dalam bentuk kontrak resmi. Jenis barang, jumlah/volume, spesifikasi barang, standar kwalitas, cara pengemasan (packaging) sudah tersedia lengkap dan telah ditandatangani oleh pihak pembeli maupun penjual.

Purchase Order/Contract
Adalah draft order yang telah dituangkan kedalam lembaran resmi entah itu Official Purchase Order maupun Purchase Contract.
Letter of Credit’s Amount
Menyebutkan Nilai Nominal yang boleh dicairkan atas Letter of Credit tersebut. Nilainya seharusnya sama dengan nilai purchase order / contract. Namun demikian terkadang juga disebutkan batas nilai minimum dan maksimum, yang mana L/C akan ditolak apabila nilai yang akan dicairkan (tercantum) dalam dokumen export lebih kecil (short shipment) atau lebih besar (over shipment) dari melewati batas minimum/maksimium yang disebutkan di dalam L/C.

Issuing Bank
Adalah pihak yang memfasilitasi Letter of Credit, biasanya bank devisa dimana rekening buyer berada. Issuing Bank lah yang menerbitkan Letter Of Credit.

Advising Bank
Adalah Bank yang menerima Letter of Credit sekaligus menyampaikannya kepada pihak penerima Letter of Credit (seller). Jika advising bank memiliki hubungan correspondent, maka selanjutnya Advising Bank akan menjadi pihak yang menjembatani (correspondent) peresentasi dokumen maupun pencairan dana antara Issuing Bank dengan pihak penerima pembayaran (seller).

Correspondent/Confirming Bank
Adalah Bank yang menghubungkan Issuink Bank dengan Advising Bank. Correspondent Bank/Confirming Bank dibutuhkan apabila Issuing Bank tidak memiliki hubungan correspondent dengan Advising Bank yang ditunjuk oleh pihak seller. Mengapa hubungan correspondent dibutuhkan ?, karena untuk lalulintas pembayaran, bank yang berhubungan harus memiliki catatan speciment pejabat bank-nya masing-masing. Jika antara Issuing Bank dengan Advising Bank tidak ad ahubungan correspondent, maka mustahil mekanisme proses sebuah L/C dapat dilaksanakan, untuk itulah diperlukan correspondent bank. Correspondent bank sudah pasti sebuah bank yang memiliki correspondent dengan advising bank.

Beneficiary (seller)
Adalah pihak yang akan berhak menerima pembayaran atas sebuah Letter of Credit, dalam hal ini adalah penjual (seller).

Export Document
Adalah satu (atau lebih) set document export, termasuk Bill of Lading (BL) atau Air Way Bill (AWB). Akan kita bahas di sub pokok bahasan lain.
Time Set
Dalam sebuah L/C juga ditentukan mengenai batas-batas waktu tertentu atas sebuah proses dalam transaksi tersebut, yaitu :
·        Latest Delivery Time : adalah batas penyerahan akhir dari barang/jasa yang dipesan oleh buyer. Buyer menentukan kapan barang tersebut harus diserahkan. Apabila kondisi penyerahan adalah FOB, maka yang dijadikan patokan adalah tanggal Bill of Lading (B/L) atau Air Way Bill (Awb). Apabila kondisi penyerahan adalah C&F atau CIF maka yang dijadikan patokan adalah tanggal kapan barang di-realease oleh custom pelabuhan tujuan (port of destination).
·        Latest Presentation Document Date : adalah batas tanggal penerimaan akhir dokumen oleh pihak Issuing Bank. Issuing Bank menentukan batas akhir kapan dokumen export harus diterima oleh Issuing Bank.

Certificate of Inspection
Adalah sebuah dokumen yang berupa sertifikat, yang menyatakan barang/jasa telah diperiksa (inspected) secara seksama, dimana barang/jasa telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pembeli (buyer) sehingga diberikan sertifikat. Certificate of Inspection biasanya dikeluarkan oleh institusi yang ditunjuk sebagai inspector (pemeriksa) oleh pihak pembeli (inspector).

Proses dan langkah-langkah L/C:
1.      Negosiasi jual beli.
2.      Pembeli mengajukan LC.
3.      Bank memeriksa pengajuan LC nasabah.
4.      Apabila bank setuju, nasabah wajib setor jaminan.
5.      LC ditujukan kepada bank penerus.
6.      Advising Bank meneruskan LC ke produsen.
7.      Produsen mengirim barang.
8.      Produsen menyerahkan dokumen pengiriman barang kepada advising bank.
9.      Advising bank tidak langsung memberikan pembayaran, sebagai bank penerus selanjutnya meneruskan penagihan kepada Issuing bank.
10.  Issuing bank meneliti keabsahan dokumen dan kesesuaiannya dengan isi perjanjian.
11.  Setelah dinyatakan sah maka issuing bank melakukan pembayaran melalui advising bank.
12.  Advising bank meneruskan pembayaran kepada produsen.
13.  Issuing bank menagih kewajiban pembayaran pembelian barang kepada buyers.
14.  Buyers membayar tagihan kepada issuing bank.

sumber:
modul ( esutomo.staff.gunadarma.ac.id )
www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/service_loc